TRENGGALEK,Indonesiatodays – Sudah menjadi hal biasa, keberadaan tambang selalu menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat. Bagi kelompok pro keberadaan tambang dianggap mampu meningkatkan kesejahteraan, sedang bagi yang kontra tambang dianggap biang keladi bencana.
Demikian halnya dengan issu tambang emas yang kabarnya akan segera dimulai di Kabupaten Trenggalek. Bagi mereka yang mendukung, adanya tambang emas di Trenggalek akan memicu meningkatnya perekonomian daerah, dan tentu akhirnya kesejahteraan masyarakat akan meningkat pula. Sedang bagi yang kontra, tambang hanya akan merusak alam, membawa bencana, dan lain sebagainya yang merugikan kehidupan.
Menyikapi polemik tersebut, Aliansi Rakyat Trenggalek (ART) melakukan aksi tolak tambang dengan sosialisasi bahaya tambang melalui pemutaran film dokumenter dengan judul “Tambang Emas, Ra Ritek” yang dilaksanakan di Gedung Serbaguna Desa Bendoagung Kecamatan Kampak. Selain pemutaran film, juga dilaksanakan “jagongan seputar tambang” antara beberapa narasumber dan audien yang hadir.
Dari pantauan indonesiatodays, ada hal yang disayangkan menjelang pelaksanaan pemutaran film dokumenter tersebut. Masyarakat sekitar lokasi pemutaran film sempat menolak kegiatan tersebut, dengan alasan kegiatan tersebut bisa memicu kerusuhan apabila terjadi bentrok antara kelompok pro dan kontra tambang.
Kejadian lain yang kurang mengenakkan, ada banner/spanduk yang dipasang oleh Perkumpulan Masyarakat Peduli Trenggalek (PMPT) di sekitar lokasi pemutaran film, yang kemudian hilang. PMPT memang selama ini mendengungkan mendukung investasi di Trenggalek, termasuk salah satunya investasi tambang emas.
Bambang Wahyudi (53), salah seorang pegiat di PMPT menyampaikan kekecewaan atas hilangnya banner itu. “Banner itu sebetulnya tidak untuk menolak acara teman-teman ART. Tulisan di banner itu juga biasa saja. Satu bertuliskan: Bijaksana Menyikapi Investasi Bukan Harus Dengan Antipati, dan satunya berbunyi: Kita Butuh Investasi Untuk Membangun Trenggalek Lebih Baik Nanti.” Ujar Bambang
Lebih lanjut Bambang menjelaskan, “Dengan banner itu, kita ingin memberikan perspektif lain tentang tambang. Selama ini kita sering mendengar gembar-gembor tentang sisi negatif tambang, tanpa mencoba membuka diri pada sisi positif tambang. Tambang bisa menjadi berkah apabila dikelola dengan cara-cara yang beradab. Dan Trenggalek butuh itu untuk bangkit dari keterpurukan. Tambang akan membuka banyak peluang pekerjaan dan tentu saja peluang peningkatan PAD bagi daerah.” Jelas Bambang
Bambang menambahkan, Pemerintah harusnya hadir sebagai fasilitator dalam konteks Pro dan Kontra tambang, jangan justru berpihak kepada kelompok tertentu.
“Sudah banyak bukti jika kelompok penolak tambang selalu mendapatkan perlakuan yang istimewa bebas saat bersosialisasi. Berbeda jika ada kelompok masyarakat yang dianggap berafiliasi dengan tambang mau ada kegiatan pemerintah langsung hadir untuk membubarkan,” pungkasnya