20 Tahun Berjuang Sendirian, Kini 450 Keluarga Bergantung pada Brand yang Lahir dari Ketiadaan
TRENGGALEK – Air mata kebahagiaan mengalir di pipi Yoyok, Marketing Pariwisata Depot Titin, ketika melihat ratusan mitra bisnis dari Sabang hingga Merauke berkumpul di GOR Gajah Putih Trenggalek. Dua puluh tahun yang lalu, siapa yang akan percaya bahwa sebuah warung kecil di ujung Jawa Timur ini akan mampu membangun kerajaan bisnis yang membentang hingga 9 cabang dan menghidupi 450 kepala keluarga?
“Ketika saya melihat anak-anak Trenggalek memimpin cabang-cabang kami di Banyuwangi, Kediri, hingga Mojokerto, rasanya ingin menangis,” ungkap Yoyok dengan suara bergetar. “Mereka bukan sekadar karyawan, tetapi duta besar Trenggalek di tanah perantauan.” tegasnya
Cinta Tanah Air yang Dibayar Mahal Di era ketika bisnis modern mengejar efisiensi dengan bahan baku termurah dari mana saja, Depot Titin justru memilih jalan berliku yang lebih mahal. Setiap ikan patin, setiap butir beras, bahkan setiap tetes santan kelapa yang mereka gunakan, wajib berasal dari petani lokal Trenggalek.
“Kami bisa saja mencari supplier lebih murah dari luar daerah, tapi itu artinya mengkhianati komitmen kami,” tegas Yoyok dengan mata memerah.
“Setiap rupiah keuntungan yang kami raih, harus kembali mengalir untuk kesejahteraan bumi yang melahirkan kami ini.” terangnya
Keputusan itu bukan tanpa konsekuensi. Harga pokok produksi mereka 15-20% lebih tinggi dibanding kompetitor. Namun, keyakinan bahwa kualitas produk lokal Trenggalek tidak kalah dengan daerah manapun, membuat mereka bertahan.
Sendirian Membangun Yang paling menyayat hati adalah kenyataan bahwa selama 20 tahun, Depot Titin membangun jaringan nasional dengan tenaga sendiri. Tidak ada satu pun program pemerintah daerah yang pernah secara serius mendukung ekspansi mereka.
“Kami sudah membuktikan bahwa brand Trenggalek bisa bersaing nasional. Kami sponsor berbagai event pariwisata, mengundang ratusan pelaku usaha dari seluruh Indonesia ke Trenggalek,” ujar Yoyok dengan nada getir.
Lebih lanjut Yoyok menyampaikan, Kami melihat ketika ada forum pariwisata nasional, Trenggalek tidak pernah hadir untuk mempromosikan potensi daerahnya sendiri.” tambahnya
Ironi yang menyakitkan: sementara daerah lain gencar mempromosikan produk unggulannya dengan dana APBD yang fantastis, Depot Titin sendirian menjadi corong pariwisata Trenggalek dengan dana swadaya.
Revolusi Hijau di Lereng Sengunglung Komitmen Depot Titin pada pemberdayaan ekonomi rakyat tak berhenti pada sektor kuliner. Mereka kini mensponsori petani kopi Sengunglung Pule yang mengolah ladang di lereng Gunung Sengunglung dengan sistem agroforestri.
“Ini bukan sekadar bisnis kopi,” jelas Agus Trianta warga Kecamatan Pule yang hadir dalam acara tersebut.
“Setiap pohon kopi yang ditanam para petani binaan Depot Titin adalah benteng pelestarian hutan yang berkontribusi pada APBD dan APBN melalui dana reboisasi.” jelas Agus
Program ini telah mengubah nasib 150 petani kopi yang sebelumnya hidup pas-pasan. Kini, dengan harga jual yang dijamin Depot Titin 40% di atas harga pasar, mereka bisa menyekolahkan anak-anak hingga perguruan tinggi.
Jaranan Turonggo Yakso: Identitas yang Tak Pernah Luntur Ketika penampilan jaranan Turonggo Yakso menghentak panggung anniversary, ratusan tamu dari luar daerah terpana. Mereka menyaksikan bagaimana sebuah brand yang telah go nasional tetap mempertahankan identitas kulturalnya.
“Setiap kali kami buka cabang baru, yang pertama kami lakukan adalah mengundang grup jaranan lokal untuk membuka acara,” kata seorang manager cabang.
“Kami ingin dunia tahu bahwa di balik kesuksesan ini, ada jiwa Trenggalek yang tidak pernah mati.” ucap Yoyok
Mimpi Besar yang Tertunda Ketika Indonesiatodays menanyakan tentang mimpi kedepan, Yoyok menatap jauh ke cakrawala ketika ditanya tentang mimpi terbesarnya.
“Saya bermimpi suatu hari nanti, bukan hanya ayam Lodo Depot Titin yang terkenal, tetapi puluhan produk unggulan Trenggalek lainnya yang mengharumkan nama daerah di seluruh Nusantara.”
“Tapi apakah mimpi itu akan terwujud jika kami masih harus berjuang sendirian?” tanyanya dengan nada penuh harap yang tercampur keraguan.
Ketika Cinta Kampung Halaman Diuji Waktu Di penghujung acara anniversary, ketika gendang jaranan perlahan mereda, tersisa pertanyaan besar: berapa lama lagi brand-brand lokal seperti Depot Titin harus berjuang sendirian membangun nama baik daerahnya?
Depot Titin telah membuktikan bahwa dengan cinta yang tulus pada kampung halaman, sebuah warung kecil bisa tumbuh menjadi kebanggaan nasional. Mereka telah menulis sejarah bahwa loyalitas pada tanah kelahiran bukan penghalang untuk meraih sukses, melainkan justru menjadi kekuatan utama yang membuat mereka berdiri kokoh di tengah persaingan bisnis yang keras.
Pertanyaannya kini: kapan Trenggalek akan memeluk anak-anak terbaiknya yang telah lebih dulu mengangkat nama daerah ini ke panggung nasional?
Depot Titin kini melayani ribuan pelanggan setiap hari di 9 cabang mereka, dari Caruban hingga Banyuwangi. Setiap piring ayam Lodo yang disajikan bukan sekadar hidangan, tetapi sepotong hati Trenggalek yang dibagikan ke seluruh Nusantara. (ji/red)