Trenggalek Indonesiatodays – Dalam rangka peringatan hari jadi Kabupaten Trenggalek yang ke-831, Bupati Trenggalek Muchammad Nur Arifin secara resmi menyerahkan pusaka (Bedhol Pusoko) bersejarah kepada masyarakat Desa Karangrejo. Penyerahan pusaka ini menjadi momen bersejarah yang menandai pengakuan terhadap warisan budaya dan sejarah daerah tersebut.
Adapun prosesi penyerahan Pusaka diawali rombongan Bupati Trenggalek mengarak pusaka dengan jalan kaki mulai dari depan SDN 1 Karangrejo menuju Balai Desa sepanjang 500 meter.
Penyerahan Pusaka (Bedhol Pusoko) dari Pendopo Manggala Praja Kabupaten Trenggalek oleh Bupati Trenggalek Muhammad Nur Arifin diterima langsung oleh kepala desa Karangrejo Purwadi di Pendapa Balai Desa, Jumat 29/8/2025 sore.
Pusaka Bersejarah dengan Makna Filosofis
Bupati menyerahkan sebanyak 11 benda pusaka yang disimpan dalam kotak hitam, termasuk pakaian tradisional, keris, dan peralatan ritual. Yang menarik, salah satu pusaka yang dianggap paling penting adalah bolpoin dan stempel, yang melambangkan pentingnya tanda tangan dan stempel dalam pemerintahan modern.
“Pusaka ini adalah simbol keseimbangan – ada kanan ada kiri, ada laki-laki ada perempuan, ada siang ada malam,” ungkap Bupati Arifin dalam sambutannya.
Selain itu, diserahkan pula sepasang tombak korowelang dengan bilah luk berjumlah 13, yang melambangkan semangat gotong royong masyarakat sebagai prajurit kabupaten.
Sejarah Karangrejo sebagai Daerah Perdikan
Dalam pidatonya, Bupati Trenggalek Mochammad Nur Arifin menjelaskan, bahwa Karangrejo dahulu merupakan daerah perdikan Kampak, yaitu daerah otonom yang dibebaskan dari kewajiban kepada kerajaan karena jasa-jasanya. Daerah ini bahkan memiliki predikat “SIMA” menunjukkan status khusus dalam sejarah Jawa.
“Masyarakat Karangrejo adalah keturunan orang-orang besar. Bahkan Ken Arok pernah bertapa di Cungkup Gunung Mani Oro sebelum merebut Kediri,” terang Bupati Trenggalek yang akrp disapa Mas Ifin
Prasasti Bersejarah di Museum Nasional
Mas Ifin juga mengungkap bahwa Prasasti Kampak dan Prasasti Empu Sendok, yang mungkin merupakan prasasti tertua di Jawa Timur, kini tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Prasasti ini berisi pesan sederhana namun fundamental: jangan mengganggu petani, jangan merampok, jangan mencuri, jaga sawah dan hutan.
“Saya berharap Kementerian memberikan izin untuk membawa kembali prasasti tersebut atau minimal duplikatnya untuk dipajang di balai desa Karangrejo,” harap Mas Ifin
Pesan Moral dan Spiritual
Dalam penutup sambutannya, Mas Ifin Bupati Trenggalek menyampaikan pesan moral kepada masyarakat untuk tetap menjaga keseimbangan hidup, tidak berbuat zalim kepada sesama maupun alam, dan senantiasa bertobat kepada Allah SWT.
“Yang penting jangan menzalimi sesama, jangan merusak alam, dan jangan menyakiti orang lain. Kalau dengan Allah tinggal tobat, tapi kalau menyakiti orang lain itu yang repot,” pesanya
Komitmen Pembangunan Infrastruktur
Menangani sambutan Kepala Desa Karangrejo Purwadi, terkait adanya swadaya masyarakat senilai Rp 57 juta untuk membangun infrastruktur jalan yang rusak, Bupati berjanji akan menambah anggaran hingga Rp 50 juta, jika diperlukan.
“Saya akan menugaskan Kepala Dinas PU untuk membantu proses teknis pembangunan. Yang penting, masyarakat juga harus ikut berpartisipasi dalam gotong royong,” tegas Bupati. (ji,red)