Pengamat Nilai Fenomena Calon Tunggal Petahana Trenggalek Bukan Faktor Parpol Semata

TRENGGALEK,Indonesiatodays.net – Gagalnya bakal pasangan calon perseorangan dan fenomena calon tunggal dalam Pilkada Trenggalek 2024 terus menjadi perbincangan hangat setidaknya di kalangan pegiat media sosial. Ada yang menganggap bahwa partai politik tidak punya nyali melawan petahana. Ada pula yang mencurigai ada pihak tertentu yang mencoba menghalang-halangi bakal pasangan calon perseorangan lolos.

Menilai fenomena tersebut, mantan komisioner KPU Kabupaten Trenggalek dan pendiri Institute Demokrasi dan Keberdesaan (INDEK). Nurani, menegaskan bahwa fenomena calon tunggal harus dilihat sebagai realitas politik, tidak bisa dipandang secara subjektif apalagi didasarkan pada klaim-klaim yang masih belum bisa dibuktikan kebenarannya.

Ditanya lewat WhatsApp tentang apakah pihak partai politik memang tidak punya nyali untuk mengusung pasangan calonnya sendiri melawan petahana, Nurani menolak pandangan itu. Ia menegaskan bahwa realitas politik itu ada hubungan sebab-akibat, tidak bisa disebabkan oleh salah satu pihak saja.

“Bisa jadi, mengusung paslon petahana dan tidak memunculkan calonnya sendiri itu didasarkan pada pikiran realis yang menunjukkan bahwa sebab-akibat dan pertimbangan politik yang rasional, bukan soal punya nyali atau tidak”, tegas.Nurani melalui sambungan selulernya, Selasa (3/9/2024) pagi

Lebih lanjut menurut Nurani, Pilihan mengusung petahana sangat dimungkinkan karena bacaan yang kuat terhadap situasi politik.

“Bayangkan jika kamu tidak punya kekuatan, popularitas minim, kapasitas jauh di bawah petahana, logistik juga minim, lalu mau maju melawan calon yang secara elektabilitas dan popularitas jelas lebih kuat, apa mau mati konyol!”, jelasnya.

Ditanya lebih jauh tentang apa yang membuat petahana kuat dibanding tokoh-tokoh lain baik dari parpol maupun non-parpol, Nurani menjelaskan bahwa ada beberapa fakta yang bisa dilihat. Pertama, secara kualitas pribadi, kapasitas politik petahana memang lebih matang, kemampuan komunikasi publik bagus, juga piawai dalam mengambil hati orang.

“Dia sudah menghegemoni masyarakat muda sejak awal dengan pendekatan kebudayaan,lewat lagu, dan belakangan ikut nebeng dalam film dan FTV”, jelas pria berumur 45 tahun ini.

Ditambahkan bahwa hal itu merupakan kemampuan yang tak dipunyai oleh tokoh lain. Ia menjelaskan bahwa pendekatan kebudayaan itu dampaknya besar, tetapi tidak disadari telah mempengaruhi popularitas dan elektabilitas.

“Bahkan anak-anak kecil juga tahu lagu itu! Efek main film dan FTV juga luar biasa untuk pemilih pemula!”, imbuh Nurani.

Faktor lainnya adalah jaringan yang sudah dibangun petahana baik di ormas,komunitas, organisasi-organisasi sosial. Termasuk yang dibangun oleh istrinya, Novita Hardini.

“Juga jangan remehkan petahana karena jaringan birokrasi dan pemerintahan sampai ke desa. Kontrol dan influence itu efek besar dari sebuah kekuasaan”, tambah pria yang rajin berkebun ini.

Nurani menegaskan bahwa pandangannya bukanlah keberpihakan politik. Tapi merupakan hasil pengamatannya secara objektif.

“Saya tak ada kepentingan berpihak atau tidak, meskipun saya bukan lagi di KPU saya tetap netral, memang itulah yang saya amati terjadi. Jadi bukan faktor punya nyali atau tidak punya nyali”, tegasnya.

Editor : Tim Indonesiatodays

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *